Muhammad Chandrataruna
Perkiraan kerusakan telekomunikasi itu disimpulkan berdasarkan efek letusan bintik matahari yang sudah-sudah. Dalam empat tahun terakhir, sebuah suar matahari yang sangat kuat membawa badai cuaca yang sangat besar. Dan selama ini badai itu selalu mengganggu sejumlah jaringan telekomunikasi di Bumi.
Demikian dikatakan profesor Daniel Baker, seorang ahli cuaca ternama asal University of Colorado, seperti dikutip VIVAnews dari Cellular News, Senin 21 Februari 2011.
Bintik mahatai yang meletus 15 Februari lalu,diklasifikasikan sebagai suar kelas X. Letusan itu memuntahkan miliaran ton partikel ke arah Bumi, yang dikenal dengan istilah coronal mass ejection (CME).
Sejumlah ahli menyebutkan bahwa letusan itu adalah pertanda bahwa matahari telah hidup kembali. "Selama beberapa tahun terakhir, sejak awal abad 20, matahari cukup tenang. Tapi sekarang ia memuntahkan miliaran ton partikel dan memicu badai geomagnetik di medan magnet Bumi. Muntahan partikel sekuat itu mampu menyebabkan gangguan telekomunikasi, sistem navigasi penerbangan, dan arus listrik," jelas Baker.
"Letusan matahari itu juga menganggu keamanan para astronot dan awak pesawat," tandas profesor yang pernah menjabat ketua komite National Research Council 2008 dengan hasil riset bertajuk "Severe Space Weather Events".
Dari sudut pandang ilmiah, peristiwa bintik matahari kelas X, jenis suar matahari terkuat, dianggap sangat menarik. Tapi, dari sudut pandang masyarakat, Baker mengatakan, kita tidak mungkin membiarkan awak pesawat ruang angkasa yang beroperasi di sekitar Bumi sampai turun ke Bumi.
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration, beberapa CME akan mencapai atmosfer Bumi pada hari ini atau esok. Namun, belum dapat dipastikan wilayah Bumi mana yang akan terkena dampak letusan suar matahari itu.
"Ketergantungan manusia pada teknologi sekarang ini membuat masyarakat lebih rentan terhadap pengaruh cuaca," ucap Baker. "Tapi, para ilmuwan dan insinyur telah membuat langkah besar dalam beberapa dekade terakhir terkait fenomena ini."
"Sekarang kami lebih paham tentang apa yang akan terjadi dan apa dampaknya. Sehingga, setidaknya dapat membangun sistem yang lebih kuat untuk meminimalisir dampak letusan tersebut," tutur Baker.
"Ini akan menjadi sangat menarik untuk menguji sistem teknologi kami dalam menahan kerasnya cuaca ruang angkasa seiring meningkatnya kembali aktivitas matahari," pungkasnya.
• VIVAnews
Jika anda merasa info ini sangat bagus dan bermanfaat, silahkan di sebarkan ke Lintas Berita agar semua bisa mengetahuinya.
0 comments:
Posting Komentar